Di Kamar Terus Padahal Mainnya Kejauhan

Di antara hal yang harus disyukuri saat ini adalah kemudahan dalam mengakses informasi. Orang-orang bisa berkomunikasi dengan siapa saja tanpa batas jarak dan waktu. Sekarang, bisa mengobrol dengan bule bukanlah hal yang asing lagi, dengan banyaknya platform sosial media dan forum-forum yang mudah diakses. Tidak seorangpun bisa membatasi apa yang orang-orang lakukan di internet, semuanya bisa bebas mengkonsumsi konten apa saja. Saat SMA, saya tertarik mencari tahu soal deep web. Katanya, ada banyak hal-hal yang gelap dan tersembunyi di dunia yang diupload kesana. Misalnya pemb**uhan, penjualan n**koba, perdagangan manusia, perbudakan ilegal, dan hal-hal yang menyeramkan lainnya. Ternyata benar, memang ada beberapa aktivitas di dunia yang segelap itu. Akses informasi yang sangat terbuka membuat sebagian orang semakin liar, tidak lagi berpikir konservatif dan cenderung mengabaikan norma-norma asusila. Bayangkan saja, pemuda yang bodoh belajar kepada orang di balik topeng, tidak diketahui identitasnya, tidak diketahui juga maksud dan tujuannya. Maka jangan heran, tiba-tiba ada pemuda yang ngebom kepolisian, sekolah, pencabulan anak di bawah umur, dan hal yang mengerikan lainnya akibat berselancar di dunia maya yang gelap.

Ketika terjadi demonstrasi besar-besaran, terbukti beberapa pemuda yang melakukan perusakan fasilitas umum dengan bom molotov dan benda lainnya adalah bayaran. Mereka dibayar oleh kelompok luar negeri sana yang tidak diketahui identitasnya, hanya dengan PayPal mereka berani melakukan hal demikian. Inilah mengapa komunikasi dunia maya bisa menghancurkan suatu negeri sehancur-hancurnya, dan orang-orang gelap di balik itu hanya bisa tertawa dan merasa puas menggunakan orang lain untuk melakukan kekacauan. Belum lagi banyak kasus lain seperti penistaan agama, pembuatan video p**no, judi online, perdagangan na**oba, dan prositu*i banyak terjadi karena dunia maya ini. Di sana, manusia bisa dengan liar mengungkapkan nafsu sebejat-bejatnya dengan aman tanpa takut dikejar oleh aparat. Yang lebih menyakitkan bagi saya ketika ada grup Telegram berisi penistaan agama Islam seperti mengencingi Al-Qur'an, menjadikannya tisu toilet, dan lain-lain. Ketika ditangkap oleh warga, ternyata pelakunya adalah pemuda pengangguran yang juga beragama Islam. Alasannya tidak lain karena uang dari anonimus yang tidak seberapa, dan orang-orang rela menjual kejiwaannya demi uang.

Maka, jangan heran jika banyak pemuda-pemuda yang kepribadiannya bisa berubah secara drastis. Ada yang tiba-tiba jadi tero*is, ped*fil, weaboo (pecinta budaya anime Jepang), penista agama, bahkan menjadi atheis. Inilah pentingnya membatasi diri dari menyelam terlalu dalam ke internet, karena jika mainnya kejauhan khawatir tidak bisa pulang. Ibarat seseorang yang masuk ke dalam gua yang gelap gulita, dia akan tersesat di dalamnya dan sulit untuk kembali. Menghabiskan waktu dengan berbaur dengan masyarakat sekitar dan mengisinya dengan kegiatan-kegiatan positif adalah jalan yang terbaik, daripada menjadi orang yang mengeram sendirian di kamar dan mengkonsumsi konten-konten sembarangan. Bila perlu, jadikanlah sosial media hanya untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang pernah ditemui secara langsung, bukan orang asing yang tidak jelas asal-usulnya. Perhatikanlah, orang-orang dengan kepribadian aneh tidak akan berani menunjukkan jadi dirinya di sosial media. Dia akan menggunakan nama samaran, alamat samaran, foto orang lain, dan dia akan berkumpul di grup-grup orang yang sejenis. Jika memang alasannya menjaga privasi, maka lebih baik tidak perlu muncul secara total di dunia maya daripada harus menyesatkan orang lain dengan informasi palsu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Validasi Orang Lain, Antara Penting Dan Tidak Penting