Validasi Orang Lain, Antara Penting Dan Tidak Penting

Hidup seseorang tidak lepas dari hubungan sosial. Tentu, sebagai manusia, kita ingin dikenal memiliki reputasi yang baik, tidak memalukan, bahkan bila perlu kita dikenal sebagai orang yang bermanfaat bagi orang lain. Saat kecil, sering kali kita ditanya tentang cita-cita, pasti kita memilih profesi yang dianggap akan dihormati oleh orang-orang. Menjaga kehormatan diri sendiri bukanlah hal yang hanya dibolehkan, namun diwajibkan. Jika masing-masing tidak menjaga kehormatan diri sendiri, maka manusia akan berbuat semaunya. Banyaknya orang yang mempermalukan diri sendiri demi uang karena kurangnya kesadaran dalam menjaga kehormatan, semoga mereka mendapatkan hidayah. Inilah pentingnya rasa malu bagi setiap orang, karena banyaknya kebaikan yang timbul dari rasa malu.

Setelah memahami bahwa menjaga kehormatan sangatlah penting, kadang timbul masalah lain yaitu ada orang yang tidak suka kepada kita. Bukan karena melakukan sesuatu yang buruk atau memalukan, namun karena rasa iri atau dengki terhadap apa yang kita miliki. Tentu hal ini bukanlah dosa, namun hal ini bisa dikurangi dengan beberapa hal. Saya beri contoh, ketika berada di suatu restoran yang mewah, terbetik dalam hati ingin membuat story. "Ini lho, saya lagi disini. Tempatnya bagus, makanannya wuenak poll." Motivasi kita terkadang ingin agar orang lain kagum terhadap kita. Tanpa kita sadari, sebagian orang ada yang iri akan hal tersebut. Biasanya, orang yang iri muncul ketika keadaannya tidak lebih baik daripada kita. Inilah mengapa banyak sekali depresi dan keputusasaan yang terjadi di kalangan anak muda di zaman media sosial, karena konten yang mereka konsumsi adalah demikian dan mereka membandingkan hidup mereka dengan kehidupan orang-orang di sosial media. Jadi, sudah tidak aneh banyak anak muda yang bunuh diri, curhat, dan sering mengeluh tentang kehidupan. Coba perhatikan orang-orang yang berusia di atas 50 tahun yang gaptek, kita akan lihat pola pikir mereka berbeda orang yang sudah kenal media sosial dan gadget. 

Melihat realita tersebut, apakah validasi itu penting? Menurut saya, penting namun harus dibatasi. Tentu kita tidak ingin ada orang lain meremehkan kita, dan itu adalah fitrah kita sebagai manusia. Terkadang memang kita harus melakukan share sebagian kegiatan kita, terkadang memang harus benar-benar menyembunyikannya dari orang-orang. Jika kita bisa menyembunyikan seluruh kegiatan kita secara total, maka kita adalah orang yang sangat menikmati hidup dan waktu kita, tanpa ada intervensi dari anggapan orang-orang. Justru, orang yang hidupnya diawasi penuh oleh orang lain adalah orang yang tidak tenang, dan dia akan terus-terusan memoles diri agar terlihat baik di depan kamera. Hal ini sangat saya hindari, dan saya sangat tidak ingin menjadi orang yang terkenal, influencer, dan lain sebagainya dimana banyak orang mengenal saya. Menurut saya, menikmati hidup dengan belajar, mencari uang, pergi ke tempat yang saya sukai, dan memakan makanan yang saya sukai sudah cukup membuat saya bahagia. 

Validasi Semu

Sering juga kita temukan banyak orang yang memaksakan diri untuk mendapatkan validasi orang lain. Misal, agar terlihat kece di hadapan teman-temannya, seseorang rela mengambil utang untuk membeli barang yang sebetulnya tidak begitu dibutuhkan. Hidup boros hanya untuk tetap update story, dan melakukan hal-hal di luar kemampuan semata-mata untuk mendapatkan pengakuan orang lain. Ini adalah validasi yang semu, memang ada orang-orang yang kagum kepadanya, namun sebagian besar hidupnya ada di dalam penderitaan. Orang yang mencari validasi seperti ini akan mendapatkan 3 reaksi berbeda dari orang lain.

  1. Pertama, orang yang memang benar-benar kagum kepadanya.
  2. Kedua, orang yang tidak peduli kepadanya, bahkan tetap meremehkannya.
  3. Ketiga, orang yang dengki dan akan mencari-cari aibnya dan sewaktu-waktu membongkarnya.  Golongan yang ketiga ini lebih berbahaya. Bukan hanya aib, bahkan mereka bisa melontarkan fitnah tak berdasar. Mereka akan bahagia jika ternyata kehidupan pribadi orang tersebut tidak seindah di sosial media.

Kehidupan Selebritis

Tidakkah kita heran, mengapa banyak sekali selebritis terjatuh dalam kasus narkoba? Padahal, mereka memiliki harta yang banyak, pasangan yang tampan / cantik, dan rumah yang mewah. Bukankah semua itu sudah cukup untuk membuat bahagia? Ternyata, penyebab utamanya adalah tuntutan yang besar untuk selalu tampil baik di depan publik. Mereka harus tetap terlihat ceria, ramah, dan tidak terlihat lemah. Banyak dari mereka yang kehilangan jati diri karena lelahnya hidup di depan pandangan orang lain. Setelah terjatuh ke dalam narkoba, ada yang merasa telah kehilangan hidupnya, ada juga yang terjerumus jauh lebih dalam hingga akhirnya ditangkap oleh kepolisian. Inilah salah satu bahaya kebutuhan terhadap validasi secara berlebihan. 

Memahami NPD

Sering saya baca postingan dan artikel soal NPD (Narcistic Personality Disorder), yaitu orang dengan kepribadian ingin selalu terlihat paling menonjol, paling unggul, dan paling penting daripada orang lain. Salah satu penyakit utama dari NPD adalah menggantungkan hidupnya di atas validasi orang lain. Ketika validasi itu tidak didapatkan, maka mereka akan kecewa sebesar-besarnya bahkan mereka rela merusak hubungan dengan orang lain gara-gara hal ini. Menurut NPD, kritik terhadapnya adalah bentuk perusakan reputasi dan kehormatan yang telah dia bangun bertahun-tahun, padahal yang mengkritik tidak bermaksud demikian. Gejala ini bisa dikurangi dengan beberapa hal:
  1. Tugas kita adalah menjaga kehormatan diri sendiri agar tidak direndahkan oleh orang lain.
  2. Jika kita memang disanjung oleh orang lain, yakinlah bahwa apa yang kita miliki bukanlah hasil usaha atau kerja keras kita, melainkan murni karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja.
  3. Yakinlah di luar sana masih banyak orang yang jauh lebih hebat.
  4. Jika telah melakukan yang terbaik namun orang lain tetap tidak suka bahkan merendahkan, maka sikap bodo amat adalah sikap yang terbaik daripada harus membawa omongan orang lain ke dalam tidur.
  5. Mengurangi postingan ke sosial media tentang prestasi atau kehebatan kita dan yakinlah bahwa semuanya hanya prestasi remeh temeh yang mungkin bisa didapatkan oleh jutaan orang di luar sana.


Komentar