Hidup Biasa-biasa Saja Dan Bersikap Biasa-biasa Saja
Sering kali terlintas di beranda saya ada saja tingkah orang-orang. Ada yang ribut di jalan, ada yang saling lapor gara-gara masalah sepele, ada yang saling membunuh, ada yang bermimpi jadi jutawan dengan cara-cara instan, dan berbagai macam lainnya. Seolah-olah semakin kemari pola pikir manusia semakin ekstrim, dan anehnya banyak sekali orang sangat suka berselisih dengan orang lain dalam hal-hal yang sangat sepele.
Misalnya, hanya gara-gara setitik kesalahan seseorang harus berteriak-teriak di jalan, sampai mengeluarkan kata-kata kotor (kebun binatang). Akhirnya orang yang diteriaki balik marah, kemudian mereka cekcok. Tidak hanya itu, mereka juga kadang saling berusaha mengeluarkan handphone untuk merekam dengan tujuan memviralkan lawannya. Terkadang saya bertanya, apa susahnya sih tidak berlebihan dalam menyikapi sesuatu? Seolah-olah menampilkan sikap arogan orang lain akan menganggap kita hebat? Nyatanya tidak, menunjukkan arogansi akan membuat kita terlihat orang yang bodoh secara emosional.
Saya pernah tinggal di suatu hotel, ada seorang perempuan yang terus memarahi pelayan-pelayan dan orang sekitarnya saat memasuki lift dengan nada-nada yang membuat saya kesal, misalnya "Bisa cepet gak sih? Coba deh jangan halangin jalan. Emang gak tau apa saya capek banget." Sebenarnya saya emosi melihat tingkah perempuan tersebut, seolah-olah dia sendiri yang membayar untuk tinggal di hotel tersebut. Tapi, menurut saya hanya buang-buang waktu jika saya meladeni orang dengan manajemen emosional yang rendah seperti itu.
Ada juga ketika saya di pusat perbelanjaan saat masa covid, ada seorang bapak-bapak baju putih pakai masker yang terus memarahi orang lain dengan berlebihan, "Emangnya gak liat lift sudah penuh? Jadi orang taat aturan dong. Udah tau lift sempit, bawa barang belanjaan." Akhirnya, orang yang dia marahi kembali membalas, "Maaf pak saya berat kalo harus turun tangga bawa barang." Si bapak baju putih kembali menyeletuk, "Jadi orang gak tau aturan banget, kan jadi sesak ini liftnya." Sebenarnya, orang-orang model seperti itu meskipun berniat untuk memahamkan aturan bisa saja dikeroyok andai orang-orang sekitarnya mudah meluapkan emosi. Berhubung orang-orang sekitarnya menahan emosi, jadi biarkanlah dia dengan keruwetan pikirannya itu.
Maksud saya, mengapa orang sangat suka sekali ingin terlihat hebat di hadapan orang lain? Menunjukkan sikap arogansi dan mengira dia akan dikagumi? Kalaupun kita menghadapi orang yang berbuat kesalahan, ada 1001 cara untuk menegurnya dibanding harus mengeluarkan jurus marah-marah tidak jelas diiringi sikap arogan. Seandainya terjadi pertengkaran dan perkelahian, sering saya saksikan justru orang yang arogan itulah yang ujung-ujungnya babak belur atau berakhir di kantor polisi.
Berikut adalah salah satu contoh orang yang saya maksud, dia memarahi kurir JNE gara-gara packingnya bolong. Okelah saya katakan kurir JNE bisa saja salah dan teledor, tapi apakah harus marah-marah layaknya orang kesurupan untuk menyikapi ini? Di dunia nyata, saya sering sekali bertemu dengan orang-orang yang demikian yang terkadang membuat saya sangat kesal. Saya menulis ini semata-mata ingin curhat dan mengeluarkan isi pikiran saya, apa sih yang orang-orang itu pikirkan kok sangat senang ribut-ribut dengan orang lain padahal masalahnya sangat sepele dan mudah diselesaikan? Hehe
Komentar
Posting Komentar