Ateis di Eropa
Selama tinggal di Eropa, saya memiliki beberapa pengalaman mengenai keadaan sebagian manusia di berbagai belahan dunia. Tentunya, saya sangat bersyukur terlahir di keluarga muslim dan tumbuh di lingkungan muslim, sehingga saya tidak perlu bergulat dahsyat dengan batin saya mengapa saya memeluk agama Islam. Di negara-negara Eropa, agama Kristen sudah mulai ditinggalkan karena keadaan sosial yang terus berubah dan pemikiran yang terus berkembang. Ketika saya menyewa rumah, di dalamnya banyak sekali patung-patung dan ada sisa-sisa makanan di kulkas. Saya bertanya kepada pemiliknya, "Apakah ada daging babi di kulkas sisa penghuni sebelumnya?" Dia menjawab, "Mungkin, memang mengapa?" Saya menjawab, "Saya tidak suka ada daging babi." Kemudian pemilik rumah ingin mengklarifikasi segalanya agar saya tinggal nyaman di rumah tersebut. Saya merasa kagum terhadap akhlak mereka yang luar biasa baik, mereka rela datang bersama keluarganya untuk bertemu dengan saya selaku penyewa baru. Ketika saya berbincang dengan suaminya, saya kaget ternyata dia mengetahui bahwa saya adalah seorang muslim. Dia berkata, "Saya menduga bahwa kamu adalah Islam, kan? Kamu makan makanan yang disebut halal?" Saya menjawab, "Ya, makanan halal dan ada kriterianya." Kemudian dia bertanya kembali, "Beritahu kriterianya nanti saya beritahu dimana kamu harus membelinya." Saya menjawab, "Kriterianya agak rumit, namun yang paling umum adalah daging babi (pork) dan daging sapi atau ayam saya harus membelinya dari orang muslim." Istri dari suami tersebut bertanya kembali, "Kamu menyembunyikan beberapa patung di rumah ini, apakah mengganggumu?" Saya jawab, "Ya, itu menggangguku." Dia kemudian berkata, "Baiklah, itu pilihanmu yang tidak bisa kami ganggu gugat." Kemudian suami pemilik rumah berkata kembali, "Karena kamu orang Asia, kami beritahu apa saja yang bisa kamu lakukan disini untuk menyiapkan makanan, jika kamu...." Dia pun panjang lebar memberitahu saya dimana saja saya bisa berbelanja, masak nasi, dan lain-lain.
Kemudian, tibalah masuk ke pembahasan agama yang sama sekali tidak saya harapkan, karena saya takut akan syubhat yang masuk ke dalam pikiran saya. Namun suasananya begitu hangat dan saya sama sekali tidak bisa menghindar dari topik tersebut, dia memulai perkataan. "Kami memiliki beberapa teman orang muslim, dan mereka sangat taat. Ketika kami di restoran, kami mengetahui mereka sangat anti terhadap dading babi. Apapun alasannya, kami menghargai mereka dan mereka juga menghargai kami. Babi masih menjadi pilihan utama karena mudah mengembang-biakannya dan murah." Lalu dia melanjutkan, "Kami juga dahulu dibaptis, datang ke gereja, mengikuti ajaran-ajarannya, dan kami memahami mereka mengajarkan hal-hal yang baik. Namun semakin dewasa, kehidupan membuat kami tidak percaya lagi terhadap ajaran agama dan semuanya semakin tidak masuk akal. Kami mungkin saja percaya adanya Tuhan, namun bukan Tuhan tertentu. Tapi kami lebih baik mengatakan kami tidak percaya Tuhan sama sekali karena terlalu sulit membayangkannya." Saya hanya menjawab, "Saya percaya tentang adanya Tuhan dan Tuhan saya bukanlah Jesus yang diyakini oleh orang-orang Kristen, dan saya akan tetap mengikuti ajaran agama saya karena itulah yang membuat saya puas." Setelah itu, saya berusaha mengalihkan topik ke hal-hal lain seperti budaya, cerita saya di Indonesia, dan pengenalan budaya-budaya tuan rumah. Ternyata, budaya-budaya disini memang jauh dari nilai-nilai agama, dan hal tersebut sangat wajar.
Selang beberapa bulan, ternyata isu tentang penolakan dakwah di tanah Eropa sering saya dengar. Di khutbah masjid, khatib berkata telah terjadi demonstrasi partai di ibu kota agar memenangkan calon yang akan membendung pergerakan dakwah Islam. Hal ini menjadi bukti bahwa Islam memang benar-benar berkembang di Eropa, dikarenakan banyaknya imigran dari negara-negara Islam seperti Bangladesh, Pakistan, dan India. Saya juga sering melihat orang berwajah pribumi dan mereka masuk masjid untuk melaksanakan shalat Jum'at. Hal ini patut disyukuri karena di balik runtuhnya kerajaan-kerajaan Islam di masa lalu, ada hikmah yang Allah berikan bahwasannya Islam akan kembali bangkit.
Komentar
Posting Komentar