Ada Yang Salah Di Hatimu
Hari-demi hari dilalui, sebagian orang ada yang gelisah akan kehidupannya, sebagian orang ada yang tersenyum menjalani kehidupan. Ternyata, harta dan popularitas yang dimiliki tidak bisa menutupi kegelisahan itu. Harta melimpah, tetapi takut kehilangan akhirnya waktu habis untuk menjaga dan menambahnya. Orang-orang banyak menyanjungnya, akhirnya takut kehilangan pamor lalu gemar membuat sensasi dan pencitraan. Inilah bukti bahwa tempat kebahagiaan di hati, bukan di jasad. Memang betul terpenuhinya kebutuhan jasad dan hawa nafsu bisa mendatangkan kebahagiaan, namun kebahagiaan semu dan fana yang tidak hakiki. Betapa banyak orang depresi karena khawatir terhadap masa depannya. Betapa banyak orang bunuh diri karena merasa buntu akan kehidupan. Betapa banyak seseorang yang kehilangan arah lalu lari kepada narkoba dan minum-minuman keras, naudzubillahi min dzalik.
Ketika seseorang tidak bisa merasakan kebahagiaan di dunia meskipun bergelimpang harta dan popularitas, maka percayalah ada masalah di hatinya. Apalagi seseorang yang tidak memiliki harta dan popularitas lantas dia tidak merasakan kebahagiaan, maka ada masalah juga di hatinya. Karena orang-orang tersebut telah terlepas dari janji Allah dan ada yang harus diperbaiki dari dirinya. Ketahuilah bahwasannya Allah menjamin bagi siapa yang beriman dan beramal shalih, maka dia akan mendapatkan kehidupan yang baik. Allah ta'ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"Barangsiapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةًۭ ضَنكًۭا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ أَعْمَىٰ
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha: 124)
Maksiat adalah pengundang bagi penyakit hati, semakin gemar seseorang bermaksiat, semakit bertumpuk penyakit di hatinya, dan hatinya akan menjadi hitam. Akan hilang rasa takutnya kepada Allah, akan hilang rasa tawakkalnya kepada Allah, akan hilang juga rasa pengharapannya kepada Allah. Hari-harinya akan menjadi lebih buruk, kebahagiaan tidak kunjung datang, permasalahan menjadi tercerai-berai. Jika dibiarkan, setan akan mempermudah jalannya menuju kepada kesesatan yang akan mendatangkan berbagai kehancuran lainnya.
Memanglah sulit menyucikan hati yang hitam kembali putih, kecuali dengan memaksakan diri untuk bertakwa kepada Allah, untuk meninggalkan maksiat, dan mengindahkan perintah-Nya. Tidaklah hal tersebut menjadi mudah kecuali seseorang mengenal sifat-sifat Allah, keagungan-Nya, dan apa yang Dia inginkan. Maka, paksalah diri agar rahmat dan ampunan Allah itu datang, jangan engkau bertawakal kepada setan berharap keberuntungan datang kepadamu suatu hari secara tiba-tiba. Undanglah rahmat-Nya, mintalah ampunan-Nya.
Komentar
Posting Komentar