Faidah Menyembunyikan Amal


Ketahuilah, amal yang disembunyikan adalah amal yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah subhanahu wata'ala meskipun sedikit. Berbeda dengan banyak beramal namun sengaja ditampakkan, maka kualitas dari amal tersebut lebih rendah derajatnya daripada amal yang sedikit yang disembunyikan. Ketahuilah, menjaga hati dari keikhlasan sangatlah sulit dan kita sangat senang sekali berspekulasi terhadap amalan hati kita, bahwa kita menganggap "Gak apa-apa kok yang penting ikhlas, kan niatnya memotivasi orang lain agar mengikuti kita." Kalimat tersebut adalah kalimat spekulasi tinggat tinggi yang sama sekali para salaf tidak pernah berspekulasi dengan kalimat tersebut. Adapun kita yang amalannya jauh dibanding ulama salaf justru sangat gemar berspekulasi, didukung dengan adanya sosial media membuat kita semakin gemar melakukan hal tersebut.

Amal yang tersembunyi lebih dicintai oleh Allah daripada amal yang dinampakkan, Allah ta'ala berfirman:

إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيرٌ لَّكُمْ

”Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu” (QS. Al Baqarah : 271).

Amal Apa Saja Yang Sebaiknya Disembunyikan? 

Amal-amal yang sebaiknya disembunyikan adalah amal yang bukan bersifat syi'ar, seperti shalat sunnah, puasa sunnah, berbakti kepada orang tua, berjihad, menuntut ilmu, membaca Al-Qur'an, dan lain-lain. Adapun jika kita memang berniat memotivasi orang lain seperti menampakkan sedekah, maka itu tidak mengapa. Namun perlu diingat, memurnikan niat dalam menampakkan amal sangatlah sulit, dan sebaiknya jika memang ada trik, maka lakukanlah dengan trik. Misalnya ketika bersedekah, nampakkan sedekah yang 10 ribu kemudian bersedekah lagi secara sembunyi sebanyak 1 juta. Jangan berspekulasi dengan berkata, "Ini aku insya-allah Allah mudahkan untuk bersedekah sebanyak satu juta." Perlu diingat, sedikit saja terbetik dalam hati ingin dipuji oleh orang lain, maka hancurlah amalan tersebut.

Trik Para Ulama Salaf Dalam Menyembunyikan Amal

Para ulama salafus shalih, amal mereka sangatlah banyak. Namun mereka begitu pandai dalam menyembunyikan amalnya dengan beberapa trik berikut:
  • Ada yang berpura-pura bangun tidur seolah-olah semalam suntuk tidur pulas dengan cara menggeliat dan berkata, "Malam yang luar biasa untuk istirahat." padahal beliau shalat malam sehingga orang yang menyaksikannya mengira bahwa beliau sedang tidur.
  • Jika ulama salaf ketahuan bangun di saat malam, dan orang bertanya kepadanya, "Apa yang engkau lakukan tadi malam sehingga terbangun?" Ulama tersebut berkata, "Kakiku terluka dan aku tidak bisa tidur." Padahal beliau mengerjakan shalat malam.
  • Ada yang menutup wajahnya saat berjihad, sehingga pasukan tidak mengenali siapakah orang yang ikut berjihad tersebut. Ini adalah kisah Ibnul Mubarak setelah wafatnya dimana pasukannya terkejut dan tidak menyangka sang Imam begitu hebatnya dalam berjihad tapi menutup wajah.
  • Ada yang memperburuk adab ketika sulthon mengetahui dia orang yang sangat beradab, yaitu dengan cara banyak makan. Ingat, bukan berarti hal ini lazim kita memperburuk adab, namun ulama tersebut tidak ingin sulthon menganggapnya orang yang sangat bijak sehingga dia melakukan hal tersebut di kondisi yang sangat jarang. Sampai-sampai sulthon tersebut berkata, "Inikah orang yang dikatakan oleh banyak orang sebagai orang bijak?" Setelah melihat ulama tersebut makan dengan banyak dan lahapnya.
  • Sebagian ulama salaf ketika ada tamu di rumahnya, maka dia sengaja tidak bangun malam tidak shalat malam. Hal ini terkadang dilakukan, agar tamunya tidak menganggapnya orang shalih. Sebagian lagi ada yang bangun malam akan tetapi jalan dengan jinjit agar suara langkahnya tidak terdengar. 
  • Ada ulama yang sengaja merusak wibawanya ketika orang-orang terkesima dengan diamnya, ini disebutkan oleh Ibnul Jauzi. "Jika orang terkesima dengan sikap diammu, maka berbicaralah. Jika orang terkesima dengan bicaramu, maka diamlah."

Adapun Kita?

Adapun kita adalah orang-orang yang terkadang menghiasi diri di kondisi ketika orang-orang menjadikan kita pusat perhatian, senang menjadi orang yang dibicarakan, senang menjadi orang yang dianggap sangat-sangat bijak. Tentunya amalan kita baik amalan jasmani maupun amalan hati sangat jauh dibandingkan ulama salaf. Mereka, para ulama salaf tidak berani berspekulasi meskipun amalan mereka sangat banyak, hati mereka bersih, dan dosa mereka sedikit. Maka suatu hal yang menyedihkan bagi kita yang gemar membangga-banggakan amalan yang sangat sedikit itu lalu berspekulasi menampakannya dengan alasan motivasi.

Fitnah Podcast

Salah satu acara yang populer adalah podcast, dimana interviewer terkadang bertanya mengenai perjuangan menuntut ilmu, perjuangan dalam berdakwah, dan sebagian penuntut ilmu ataupun da'i tergelincir menceritakan pengalamannya. Semoga mereka ikhlas dalam menyampaikannya, namun perlu diketahui ini bukanlah kebiasaan para ulama. Ketika para penuntut ilmu ditanya, "Bagaimana dulu menuntut ilmu?" Lantas mereka menjawab, "Waduh, sangat susah sekali. Kita hanya makan indomie setiap hari, tidur bareng-bareng." Kemudian orang-orang berkata, "Ma syaa 'Allah, begitu gigihnya si Fulan dalam menuntut ilmu." Hati-hatilah dengan kondisi seperti ini, kita bisa saja berspekulasi "Kan niatnya agar memotivasi." Padahal, sedikit saja terbetik dalam hati ingin dipuji, maka itulah riya yang menggugurkan amal. Lalu, ridhakah ketika amal yang dikumpulkan selama bertahun-tahun kemudian hilang begitu saja bagai Dandelion tertiup angin?

Fitnah QnA

Di antara fitnah yang menimpa penuntut ilmu adalah mengadakan QnA di sosial media agar netizen bertanya mengenai perjuangan dirinya, apa yang dia lakukan, dan dia sangat senang sekali semakin banyak netizen yang kepo dengan kehidupan dan kepribadiannya. Hal ini juga perlu diperhatikan karena inilah yang menjadi talbis setan untuk menjatuhkan kita ke dalam jurang kebinasaan. Jika memang QnA itu dimaksudkan untuk memberi manfaat seperti para asatidzah yang menjawab kegelisahan ummat, maka insya-allah ini baik. Namun jika niatnya hanya agar menjadi bahan pembicaraan netizen, dan senang diperhatikan pola pikirnya, maka ini berbahaya.

Mentang-mentang

Di antara bentuk riya' juga mengesankan diri bahwasannya dia adalah orang yang sangat berjasa, ini disebut sebagai Al-Manna yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Dan dia mengungkit-ungkit pemberian, ini disebut dengan Al-Adza. Allah ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقَٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلْأَذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)" (QS. Al-Baqarah: 264)

Contoh dari Al-Adza adalah seperti ini, misal kita memberi hadiah baju lebaran kepada seseorang, lalu seseorang tersebut memakai pemberian kita, lantas kita berkata, "Ciee baju lebaran ni." Dengan harapan agar orang tersebut ingat bahwa itu adalah pemberian kita.

Termasuk Riya', Mengesankan Dirinya Orang Shaleh

Termasuk riya' adalah mengesankan kepada orang-orang bahwa dirinya adalah orang shaleh, seperti berkata "Allah selalu memudahkan urusan saya." Atau, "Allah selalu mudahkan saya dalam menuntut ilmu." Atau berkata, "Betapa nikmat ketika Allah ringankan kaki ini menuju masjid."

Jenis-jenis Riya

Yang pertama adalah riya' terang-terangan seperti sengaja menampakkan amal shalih agar diketahui orang. Misalnya mengumumkan pembangunan masjid, pesantren, sedekah, shalat sunnah, membaca Al-Qur'an secara sengaja di khalayak umum, atau merekam diri ketika sedang tilawah, menjadi imam, atau sedang menuntut ilmu, maka ini riya' terang-terangan. Termasuk dengan berkata, "Saya hafal Quran sekian dan sekian, membaca buku sekian dan sekian." Dengan maksud agar orang lain berkata, "Ma syaa 'alllah." Contoh lain adalah dengan mengesankan bahwa dia adalah orang yang rajin puasa, misalnya ketika diajak makan oleh temannya, "Ayo Fulan makan." Maka dia menjawab, "Kamu kayak gak tau aja ini hari apa." Kemudian temannya berkata, "Oh hari Senin." Si Fulan berkata, "Nah, hari Senin kan? Biasanya apa" Kemudian temannya berkata, "Oh iya ya hari Senin puasa." 

Yang kedua adalah riya' terselubung, yaitu dengan mengghibah orang lain agar orang-orang menganggap dirinya tidak seperti orang yang dighibahi. Misalnya dengan berkata, "Si Fulan itu saya jarang lihat saat shalat subuh di masjid." Agar orang-orang menyangka bahwa dia rajin ke masjid.

Yang ketiga adalah riya' orang munafik, dimana mereka menceritakan sesuatu yang tidak mereka lakukan. Misalnya dititipkan uang dari orang lain untuk diinfaqqan, kemudian ketika panitia infaq mengambilnya, atau orang miskin menerimanya, dia berkata "Ini harta dari Allah." Agar orang lain mengira itu adalah hartanya. Padahal itu adalah harta orang lain yang dititipkan.

Yang keempat adalah dengan cara merendahkan diri bersamaan dengan itu menunjukkan yang kebalikannya. Misalnya, "Saya ini orangnya malas menuntut ilmu." Padahal diketahui dia sering hadir di majelis-majelis.

Personal Branding Dalam Urusan Duniawi

Adapun menceritakan keahlian dalam urusan duniawi seperti mahir dalam teknologi, mahir dalam marketing, mahir dalam melakukan sesuatu yang menguntungkan, maka hal ini bukanlah riya', melainkan professionalitas. Riya' adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan agama. Hal ini perlu dijelaskan karena sebagian orang masih rancu dalam memahami apa itu riya'.

Dirangkum dari cerama Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A.

https://www.youtube.com/watch?v=N7xHvd9yy_U&t=658s

https://www.youtube.com/watch?v=E0Ih4S6H_4E&t=1818s

https://www.youtube.com/watch?v=56dPU6azUj8

https://www.youtube.com/watch?v=b4NM8QyudIw&t=14s

Ketika Syaikh Shalih Fauzan Ditanya Biografinya

Syaikh Shalih Fauzan adalah ulama yang sangat dikenal akan ketawadhuannya, dan beliau beberapa kali diundang untuk menceritakan bagaimana proses menuntut ilmu. Beberapa acara tersebut sering kali batal, karena beliau tidak ingin menceritakannya. Pernah beliau menceritakan biografinya, namun hanya sebatas "Ana belajar disini, lalu melanjutkan kesini, kemudian melanjutkan kesini." Berbeda dengan kita, maka kita akan ceritakan semuanya seperti, "Ana belajar disini, ma syaaallaah ustadz fulan itu hebat banget sampe ana gak mau pergi dari kajiannya. Kemudian ana begini dan begitu."

https://www.youtube.com/watch?v=_rXJ4BVqGFE

https://www.youtube.com/watch?v=mSndFn8tvhs

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngaji Perbaperan

Polemik Musik Antara Adi Hidayat Dengan Ustadz Salafy

Ateis di Eropa